Ini ceritaku.
kehidupan Ku dan Blender.
Aku mengenal Blender sejak SMK dan belajar otodidak dari situs www.sangguru.com. Merasa bahwa hal itu menarik, aku lantas mengenalkannya pada teman-teman kelas meski pada akhirnya tak ada yang memberi respon baik terhadap itu. Sebenarnya wajar jika mereka tidak terlalu tertarik karena pada dasarnya jurusan sekolahku adalah Pelayaran dan Teknik Informatika. Karena tidak ada yang tertarik, maka aku berinisiatif untuk belajar seorang diri.
Duduk di kelas tiga, aku PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Malang, Jawa Timur selama beberapa bulan. Singkat cerita, sepulang dari sana aku harus seminar, mempresentasikan hasil kerja praktekku di sekolah sebagai syarat kelulusan sekolah. Sialnya, waktu itu flashdisk-ku hilang beserta data-data laporan praktekku. Dengan sedikit khawatir akan dimarahi habis-habisan oleh tim guru penguji, aku terus memikirkan bagaimana caranya agar aku tetap bisa ikut presentasi laporan praktek. Tiba-tiba aku ingat Blender, iya, kenapa tidak aku buat saja sebagai pengganti presentasi laporan praktek? Urusan akan dimarahi atau dicerca habis-habisan karena tidak sesuai dengan materi jurusan yang lebih pada hal memasang wireless dengan baik dan benar, juga membuat kabel jaringan, menginstal server jaringan menggunakan Linux, dan segala embel-embel yang berkenaan dengan TI, aku tak peduli lagi. Intinya, aku harus ikut seminar dan berusaha untuk lulus.
Seminar yang dimaksud, dihadiri oleh empat orang penguji dan disaksikan oleh adik-adik kelas satu dan dua. Peserta seminar dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama maju di hari pertama, dan kelompok dua di hari selanjutnya. Aku termasuk peserta seminar di hari pertama, jadi aku harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatu termasuk menyiapkan jawaban yang siapa tahu muncul secara tak terduga seperti mengapa aku bisa mempresentasikan soal animasi 3D. Jauh hari sebelumnya aku memang sempat berkonsultasi dengan guru pembimbingku, Ibu Liza Tirrahmi mengenai perubahan tema presentasiku. Guru pembimbingku merasa tidak masalah dengan rencanaku itu, atau jika mau ditilik lebih jauh, jangan-jangan dia juga kasihan jika harus memaksaku kembali ke Malang untuk mengambil laporan lagi. Untuk guru-guru lain, aku tidak tahu. Setahuku, masing-masing guru pembimbing pasti akan melakukan hal terbaik dan akan mengunggulkan siswa bimbingannya. Aku berharap saat aku seminar, aku bisa membuat bangga Ibu Liza.
Hari ketika jadwal seminar digelar, hujan turun deras. Aku datang terlambat ke sekolah berbasah-basah. Sambil menahan dingin, aku juga gemetaran membayangkan apa yang akan terjadi di forum seminarku nanti mengingat isi presentasiku jauh dari materi yang biasa dipresentasikan teman-teman. Sesaat aku bisa bernafas lega karena ketua jurusanku yang dianggap cukup killer tidak terlihat di ruangan ini. Barangkali sedang menguji siswa di ruangan lain.
Giliran presentasiku dimulai. Para audien hanya diam menyimak. Aku tak bisa menerka apa makna di balik diamnya mereka. Entah bingung karena tidak mengerti sama sekali tentang materi yang kubawakan, atau bagaimana aku tidak tahu. Aku terus berbicara dan sesekali mempraktekkan cara kerja Blender di hadapan mereka. Beberapa dari mereka ada yang terkagum-kagum dengan apa yang aku lakukan, padahal yang kulakukan hanyalah kerja dasar Blender seperti extrude, rotasi objek, mengubah dan mewarnai objek, serta membuat si objek bergerak bebas. Melihat antusias audiens yang pelan-pelan nampak, aku mulai merasa tenang. Setidaknya, aku mulai menguasai forum ini.
Selesai mempresentasikan materi animasi 3D, kini tiba pada sesi tanya jawab. Seorang dari audien mengangkat tangan dan menanyakan bagaimana cara membuat karakter orang dengan memakai software ini. Aku lantas menjawab bahwa dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membuat karakter manusia, apalagi bagiku yang masih dalam hitungan pelajar tingkat dasar. Pertanyaan susul-menyusul, dan aku hanya bisa menjawab bahwa butuh keseriusan dan ketelitian untuk mempelajari dan menggunakan aplikasi ini lebih lanjut. Begitulah, yang penting presentasiku berjalan lancar. Sementara itu, sepertinya guru-guruku yang turut hadir juga kurang menguasai apa yang aku paparkan, jadi mereka hanya mengangguk-anggukkkan kepala tanpa ada yang bermaksud akan menjatuhkan mentalku di forum seminar. Aku merasa di atas angin.
Tiba sesi tanya jawab dengan tim penguji, datanglah ketua jurusan TI-ku, Pak Fadil. Seperti biasa, wajahnya kaku karena jarang kulihat ia tersenyum. Aku terkejut bukan kepalang, terlebih ia datang dengan serombongan guru lainnya. Apakah kalian mengira karena dia killer dia akan menarikku jatuh di depan para audien? Aku juga sempat berpikir begitu.
Tapi tidak. Pak Fadil justru memberi applause dan pujian padaku. Ini di luar sangkaan. Ia datang bak dewa penyelamat bagiku ketika itu. Ia mengatakan bahwa semestinya beginilah seorang pelajar, senantiasa membuat terobosan dan warna-warna baru dalam lingkungan tempat ia belajar. Jika selama ini kami selalu belajar jaringan komputer dan bahasa pemrograman, maka kali ini nuansa baru mengenai bahasan animasi 3D hadir di sekolahku. Ia merespon positif terhadapan apa yang aku lakukan hari itu. Presentasiku usai dengan riuh tepuk tangan penonton, semua terlihat puas. Hidungku kembang kempis saking senangnya. Sejak seminar itu, teman-teman memanggilku Agus Blender. Aku menyukai itu.
Ketika ujian nasional berakhir, seorang guru menawariku untuk mengikuti seleksi beasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Padang. Karena kebetulan salah satu jurusan yang ditawarkan adalah Desain Komunikasi Visual dan sedikit banyak berhubungan dengan dunia animasi, akhirnya kuterima saja tawaran itu. Puji syukur kepada Allah, aku lolos seleksi penerima beasiswa di PTS itu.
***
Sejak masuk kuliah, aku jarang mengutak-atik Blender lagi sebab aku sudah cukup sibuk dengan tugas dan segala macam kegiatan kampus yang seabrek. Kalau dihitung-hitung, hampir dua tahun aku vakum mengaplikasikan Blender. Paling-paling jika ada tugas kuliah seperti Desain Produk, dan lain-lain baru aku mengaplikasikan Blender.
Pernah suatu kali aku melihat teman-teman Facebook-ku mengunggah karya berupa sketsa, lukisan, atau foto dan dibagikan ke teman-temannya. Aku berpikir apa susahnya berbuat hal serupa? Memang kuakui karyaku belum seberapa bagus jika dibandingkan dengan karya teman-teman kampus, tapi aku akan mencoba. Hasilnya, karena ketika itu Blender belum umum terdengar, jadi karya yang menurutku sangat biasa kuperlihatkan pada teman-temanku mendapat tanggapan yang sangat positif. Beberapa dari mereka bahkan memutuskan untuk ikut belajar mengaplikasikan Blender ini, tapi di tengah masa pembelajaran mereka mundur teratur tanpa ada alasan yang logis. Akhirnya, pupuslah harapanku untuk mempunyai sebuah tim animasi.
Sebenarnya sudah cukup lama aku ingin punya tim animasi Blender seperti yang dilakukan oleh teman-teman di Jawa sana seperti Blender Army Jakarta, Blender Army Surabaya, Blender Animasi Semarang, dan lainnya. Kadang aku iri dengan mereka yang lebih dulu bisa maju, barangkali salah satunya karena jarak mereka untuk menjalin komunikasi dan kerja bersama lebih mudah ketimbang kondisiku di Padang,teman-teman ku di pulau jawa sana tidak memikirkan akan lautan yag membatasi merea untuk bertemu. sedangkan Aku seperti berjuang sendirian, terlunta-lunta mencari orang yang sevisi denganku dalam hal animasi 3D.
Hingga akhirnya seorang teman kampus menanyakan soal Blender padaku. Dia bilang, ada orang yang mau belajar mendalami Blender. Bagai musafir menemukan air, aku senang bukan kepalang. Segera kuterima tawaran itu. Tak sampai sepekan kemudian, di hari ketika aku baru datang dari Alahan Panjang, 3 jam dari Padang, seorang perempuan yang mengaku bernama "Desi Angriani" menghubungiku, meminta konfirmasi apakah aku bisa mengajarinya Blender. Ia menawarkan hari Selasa untuk pertemuan perdana kami di Universitas Andalas. Aku sepakat. Sebenarnya aku tidak terlalu berharap banyak pada hal ini, mengingat sebelumnya ada juga yang bersemangat belajar di mula, tapi akhirnya muntaber (mundur tanpa berita). Tapi tak ada salahnya mencoba, kan? Aku suka sesuatu yang baru dan menantang.
Selasa, 26 April 2011 adalah hari perdana aku, Desi, dan beberapa temannya yang mayoritas adalah kaum hawa. Heran bercampur kagum, karena tidak banyak perempuan yang menggeluti bidang ini. Ternyata selama ini mereka belajar animasi 2D dengan Flash. Setelah merasa mereka harus belajar animasi 3D, mereka lalu mencari orang yang bisa mengajari mereka, dan dari situlah akhirnya mereka menemukanku. Cukup bangga karena mereka bisa mendapatiku, sementara kampusku dengan Unand jaraknya tak bisa juga dianggap dekat.
Aku memperlihatkan beberapa karyaku di sana, dan tak kusangka mereka lumayan terkagum-kagum dengan karyaku yang sebenarnya biasa saja. Aku lalu lihai begitu saja memainkan keyboard dan mouse untuk memunculkan fungsi-fungsi Blender.dan akupun mulai beratraksi dengan tombo-tombol keyboard. Pertemuan perdana kami cukup hangat mengingat mereka juga sangat antusias melihat semuanya. Kami akhirnya menyebut tim kami sebagai Grup Animasi (waktu itu Andalas Animation belum terbentuk). Dari pertemuan perdana itu pulalah aku mendapat pesangon transportasi. Memang tak banyak, hanya Rp20.000,00, tapi kepuasan batinku melebihi nominal rupiah yang mereka berikan, Inilah uang pertama yang kuhasilkan dari Blender.
Beberapa hari kemudian Desi memintaku datang ke Unand untuk membicarakan jadwal rutin pertemuan. Ketika itu kami akhirnya sepakat untuk latihan sekali seminggu, tepatnya di hari Sabtu. Awal latihan, kami belum punya ruang khusus, jadi kami belajar outdoor di seputaran FISIP Unand. Pernah juga kami izin memakai ruang sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa untuk latihan. Kejadian itu sempat terjadi berulang kali sampai akhirnya kami punya ruang khusus latihan.

Sampai pada suatu saat, kami mendapat dana untuk memproduksi sebuah film animasi. Tanpa pikir panjang, aku ikut mengiyakan untuk bergabung dalam proyek besar itu. Dari situ semua tentang diriku dan kami berubah. Aku lebih sering datang ke Unand daripada ke kampusku sendiri. Intensitas bertemu dengan teman-teman grup pun makin sering dan erat. Kami bak keluarga hingga kami sepakat menamai grup kami sebagai Andalas Animation.

Suka duka kualami dalam lingkaran Andalas Animation.
Hampir enam bulan kami menggarap produksi, hasilnya bisa dikatakan kurang memuaskan, dan akulah orang yang sangat merasakan kegagalan proyek itu.bebagai macam kendala kami hadapi dalam menggarap produksi ini. mulai dari masalah pengalaman produksi kami yang masih sangat nol,Profesionalitas,Semangat,Sampai sampai masalah probadipun dimasukkan ke dalam tim.
50 % kegagalan di Andalas Animation waktu itu adalah karena ke tidak becusan ku. secara tidak langsung aku merasa memimpin mereka (walaupun dalam sistem dan oraganisasinya tidak).

Aku memang tergolong orang nekat melakukan hal yang musykil. Selalu menerima tantangan dengan tangan terbuka tanpa melihat kapabilitas diri. Efek negatifnya, ketika aku gagal menyelesaikan tantangan, orang-orang akan kehilangan kepercayaan terhadapku. Sempat aku berpikir untuk mundur dan menyerahkan segala sesuatunya pada orang lain. Tapi hal itu kubatalkan dengan alasan, aku tak boleh begitu saja mundur dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain dengan sesuka hati. Itu artinya tidak adil. belum tentu dengan kepemimpinan baru semuanya akan berubah seperti dalam pikiranku. bila semuanya diserahkan kepada orang lain yang akan terjadi hanyalah kegagalan kegagalan selanjutnya. setidaknya dengan masih bersamaku Andalas Animation maju dengan belajar dari kegagala-kegalan yang sudah pernah kami alami bersama.
Mengingat soal produksi film animasi nyaris tidak ada harapan lagi, kami berencana untuk mengadakan workshop animasi saja. Kepanitiaan segera dibentuk. Kami mulai mencari sponsor dan dana kegiatan. Sementara aku, mendapat tugas khusus mencari pematerinya. Untung dengan mudahnya aku mendapatkan orang yang tepat untuk mengisi acara kami. Namanya Hizkia Subiyantoro atau lebih akrab dipanggil Hiza Ro. Dia adalah Kapten Blender Indonesia yang tinggal di Yogyakarta. Syukurnya dia bersedia datang jauh-jauh ke Padang untuk bisa menjadi bagian dari kami.

Workshop berlangsung dari pukul sembilan sampai lima sore, dan workshop itu adalah yang pertama kali diadakan seantero Sumatera. Secara pribadi aku merasa cukup bangga dengan teman-teman Andalas Animation yang telah turut menyukseskan kegiatan itu. Di tengah-tengah workshop, Hiza Ro menyampaikan bahwa nanti ia akan membawaku turut serta ke Yogyakarta. Di sana, aku akan dimagangkan di studionya selama sebulan, dan untuk tiga bulan selanjutnya, aku akan diikutkan dalam produksi di studio lainnya. Mendengar itu, teman-teman terkejut, tapi mereka kemudian mendukung niat baik Hiza Ro itu. Toh kepergianku (jika aku benar-benar ingin pergi) adalah untuk studi agar aku lebih paham tentang segala hal pemroduksian film animasi. Kalau aku pulang kan, bisa berbagi ilmu dengan teman-teman.
Hari itu, Selasa, 27 Maret 2012 adalah hari terakhirku di Andalas Animation bertemu teman-teman.Ada yang beda dari teman-teman Andalas Animation , mereka sangat terlihat rajin latihan Blender hari itu. Banyak hal yang ingin aku ungkapkan, termasuk permohonan maaf, barangkali banyak hal yang selama ini tak mereka sukai dariku. Mereka hanya tertawa-tawa saja, mungkin tawa pemakluman padaku bahwa aku juga manusia yang tak pernah luput dari salah dan khilaf.
Ternyata waktu satu tahun bersama teman teman Andalas Animation terasa sangat singkat. Masih teringat jelas dalam pikiranku saat pertama kali ku menjabat tangan mereka ketika aku di undang utk melatih mereka, dan sekarang aku harus menjabat tangan mereka kembali utk perpisahan, mungkin saja ini bisa yang terakhir kali aku bertemu dengan mereka. Tapi aku percaya bahwa ikatan kebersaamaan yang kuat akan mempertemukan kita kembali. Baik itu di Andalas Animation maupun di tempat lain nantinya.
Kini aku ada di sini, Kota Pelajar. Baru beberapa hari memang, tapi aku sudah merasa pikiranku mulai terbuka tentang dunia animasi yang sesungguhnya. Aku berjanji akan belajar sungguh-sungguh. Aku tak akan meninggalkan kesempatan ini begitu saja. Akan kujadikan waktu empat bulan ke depan untuk memantapkan skill Blender-ku. Diluar skill Blender aku juga akan memeperbaiki diriku dalam berbagi macam hal di luar hal teknis. suatu hal yang sempat membuatku gagal di Andalas Animation.
Nanti, sekembali dari sini, aku berencana untuk membentuk Blender Army Padang. Aku ingin mengajak para penggiat animasi untuk ikut bergabung, mengajak mereka yang introvert untuk bersama muncul ke permukaan.bersama membentuk keluarga baru untuk ikut andil dalam memajukan Animasi Indonesia
Bagaimana dengan Andalas Animation? bersama merekalah aku pernah tertawa dan bersama mereka pulalah aku pernah menangis. dalam hal Animasi Blender disanalah aku dilahirkan dan di Jogja inilah aku akan di besarkan.
Salam Blender Indonesia
hebat Gus,,,,
BalasHapusTeruslah berkarya, kami akan selalu mendoakanmu... :)
oy,, masalah memperbaiki diri di luar hal teknis tu lah basobok yang baru Gus??? hehehe,,, :D
Makasih na....
Hapusklo utk yang itu... kayaknyo doa kalian alun mempan lai.... :D
hahaha,,, :D
Hapusbkannyo alun mempan gus,, tapi mgkin alun wktunyo lai. Allah pasti sudah menentukan waktu yang tepat untuk itu :)
di suatu tempat entah dmana itu dan entah kapan.... :D
Hapusyang pasti agus ingin berkarya dan berkarir dulu lah.... urusan yg itu mah gampang....
salam kenal kak
Hapuswah keren ku mw belaja lagi dari kakak :D
Luar biasa tulisannya mas :)
BalasHapusSemoga bisa bertemu di OSS bulan Juli kelak ;)
Sukses ya buat 'pendidikan' di kota pelajar yang saya alami dua tahun lalu selama satu tahun :D
Salam panduaji
makasih mas.... saya bulan juli masih di jogja mas.
Hapussaya sekarang sedang mengikuto jejak mas pandu di tempat mas hiza. mas hiza bilang ada banyak kemiripan antara kita :D
semoga kita bisa bertemu nanti....