07 maret 2011
Setelah satu minggu di jogja
akhirnya bisa juga ke malioboro. Walalupun sebenarnya masih banyak waktu utk ku
jalan-jalan di jogja. 3 atau 4 bulan terkadang memang bukan waktu yang lama dan
aku hanya berharap kejadian ku waktu di malang dulu tidak terjadi lagi, karana
hampir 4 bulan aku berada di malang tanpa sekali pun menginjakkan kakiku di
Jatim Park maupun Kota batu.
Aku tergolong orang yang sangat
suka jalan-jalan, selagi masih di padang setiap akhir pekan aku selalu pergi ke
suatu tempat yang baru. kemana saja yang terlintas dalam pikiranku, kebanyakn
aku jalan-jalan sendirian. Salah satu tempat favoritku untuk jalan jalan di
sumbar adalah cupak, Solok. Lokasi nya berda di pinggang gunung talang dari
sana kita bisa melihat danau singkarak dari kejauhan dan gunung talang yang
berdiri dengan sombongnya. Juga ada tempat pemmadian air panas yang bisa
kunikmati setiap sorenya.
Walaupun sekarang aku takkan lagi
menemukan suasana itu, di saat sekarang lah aku mulai menjelajahi kota jogja
seperti yang pernah ku lakukan di Padang. Aku suka wisata alam dan tidak
terlalu suka dengan tempat wisata yang
ramai di datangi orang orang seperti di pusat perbelanjaan , bagiku pusat
perbelanjaan itu sama saja dengan pasar kaki lima yang membedakanya hanyalah
tempatnya saja.
Dan sore ini aku pergi ke malioboro
yang menjadi pusat tujuan wisatawan utama di jogja. Apalagi sekarang sedang
libur panjang, sudah bisa ku bayangkan betapa ramainya jalan jogja pada hari
ini. ternyata benar, macet dimana mana dan tidak ada bedanya sperti di jakarta
semua kendaraan yang lewat hari ini memiliki nomor polisi mulai dari A-Z (aku
belum liat mobil dengan plat BA), yang pastinya bukan dari kota jogja yang semuanya datang dari luar kota
untuk menikmati liburan 3 hari ini ke jogja. Dan salah satu tujuan mereka
adalah malioboro.
Di sepanjang perjalanan aku bisa
melihat dengan jelas perbedaan antara kota padang dan kota jogja. Jogja
memiliki tata kota yang rapi. Pencampuran antara budaya kuno dan budaya modern
sangat terasa disini. Beberapa dari lokasi peninggalan kerajaan masih sangat terasa di sini. Bekas benteng
kraton yang masih bisa berdiri dengan kokohnya menajadi bukti akan kekuatan masa
lalu indonesia yang sangat besar.
Kebersihan kota yang sangat
terjaga, nyaris aku melihat tak ada sampah di jalan kota jogja. Tapi tak
satupun aku lihat ada petugas kebersihan pada hari itu. Ini membuktikan bahwa
kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sangat tinggi. Pernah suatu saat aku
di ajak mas hiza ke pasar utk membeli persedian dapur. Pasarnya tidak seperti
yang pernah kulihat di padang. Disini sangat rapi dan bersih walaupun banyak
orang berjualan sayuran dan ikan. nyaris aku tidak mencium bau yang aneh dan
air yang berserakan dimana mana yang membuat jalan menjadi becek dan membuat
kita malas utk pergi ke pasar. Sedangkan di Padang atau pun di Pariaman, Mau hujan
atau tidak pasarnya tetap saja becek, entah dari mana pula air itu berasal.
Sebelum sampai di malioboro, aku
sempat melewati beberapa tempat. Seperti UGM yang kalau menurutku susana nya sama
dengan di Unand. Wilayah kampus yang menyenangkan dikelilingi dengan pepohonan
yang membuat tenang hati para mahasiswa. Jalanan utama kampus yang di lapisi
dengan pavin blok sehingga membuat ban motor
jadi berbunyi-bunyi seperti ketika ban motor kita kempes sehingga
mengingatkan akan perjalan ku ke Unand untuk menuju Andalalas Animation yang
kulakukan hampir tiap hari. Dan inilah hari pertama aku ingat akan Andalas
Animation sejak aku berada di jogja. Kampus UGM ini mengingatkan ku akan Unand.
Dulu aku sempat bingung aku ini mahasiwa Unand atau masiswa UPI?? :D
Kampus yang cukup besar walupun tidak sebesar
Unand dan tidak seperti kampus ku yang sumpek tentunya.
Selanjutnya melewati tugu jogja
yang karna sore ini kendaraan sangat ramai jadi aku tak sempat foto foto2 di
sana. Dan akhirnya aku sampai juga di malioboro. Awalnya aku tidak sadar kalau
sudah sampai di maliboro. Di pikiran awalku apa bedanya malioboro dengan
jalan-jalan lainya di jogja. Setelah parkir motor aku melihat ke ujung jalan.
Yang aku lihat hanyalah se abrek motor dan sekerumunan orang orang yang
berjalan kaki. deretan toko-toko dengan berbagai macam merk . motor-motor disini diparkir di tempat
pejalan kaki saja. Tidak ada area parkir khusus sepertinya sehingga ruang untuk
pejalan kaki semakin sempit. Sedangkan untuk jalur kendaraan roda empatnya
seprtinya ada dua jalur dijadikan satu jalur dengan jalur searah. Jalur yang
satu lagi dijadikan untk pejalan kaki,are parkir motor dan becak.
Satu hal yang terlintas dalam pikiran ku adalah
tempat ini sangat menyesakkan nafas. Panjang jalan malioboro mungkin tidak
sampai 1 KM. Tapi jalan ini sudah menjadi fenomea di kalangan para wisatawan.
Aku jugga tidak tau banyak tentang sejarah jalan Malioboro sehingga menjadi
suatu tempat yang spesial di jogja ini. menurut pendapatku Maliboro itu biasa
saja. Tidak ada bedanya dengan jalan di depan kampusku yang juga setiap hari
dikerumuni banyak orang, berbagai macam toko, dan area parkir tepi jalan yang cukup
luas tentunya. Ataupun jalanan sekitar simpang tabuik di pariaman yang bagiku
memiliki nilai eksotis tersendiri. Malah menurutku jauh lebih menarik jalanan
di sekitar pasar atas dan pasar bawah di bukit tinggi.
Sejarah pulalah yang membuat
Malioboro menjadi spesial. Malioboro mulai di kenal dengan pusat perdagangan Tionghoa dulunya, kesuksesan Malioboro sebagai pusat souvenier mungkin tidak terlepas juga dari kecakpan berdagang para keturunan China ini. dengan berbagai macam intrik yang ada di dalamnya. Malioboro pernah juga menjadi saksi bisu penangkapan soekarno pada saat Agresei Belanda 2. dan saksi bisu pertempuran 6 jam. Malioboro juga menjadi pangguang bagi para seniman jalanan. budaya lesehan yang menjadi tradisi masyarakat jogja. menjadi keunikan tersendiri yang terlihat di sepanjang jalan satu garis ini. Apapun itu sejarahnya yang pasti tidak lepas dengan
peran serta promosi pariwisata. Beberapa saat kulihat sebelu berangkat ke
jogja, ada banyak sekali website, portal, maupun blog yang memuat tentng
pariwisata di jogja dan segala macam pendukungnya. Tidak sperti yang kulihat
untuk pariwisata sumbar. Spertinya Cuma ada beberpa portal yang menyedakan
beberapa informasi mengenai pariwisata sumbar. Itupun tidak lengkap.
Aku yakin tidak ada satupun di
pulau jawa yang memilki pantai yang lebih indah dari pada pantai di Sumbar.
tidak ada satupun wilayah di jawa yang memilki udaara se sejuk di bukittinggi.
tidak satupun di pulau jawa atau malah di Indonesia sekalipun yang memiliki
makanan se enakan masakan Padang. Pernah salah satu orang temanku disini
mengatakan bahwa “sepertinya enak ya klo tinggal di padang, tiap hari makan
masakan Padang”. dan tidak satupun
daerah di jawa bisa melihat danau singkarak dari pinggang gunung Talang (tentu
saja kan, danau singkarak dan gunung Talang Cuma ada di Sumbar)
Aku memang belum terlalu banya
mengunjungi beberapa wilayah di pulau jawa. Aku juga belum pernah menetap lebih
dari satu bulan di daerah yang bebahasa Sunda. Tapi setidaknya dengan
pengalaman yang secuil ini bisa membuka mataku akan budaya indonesia yang
sangat kaya dan juga segala macam ironinya. merasakan berbagai perbedaan budaya
selama ini membuat pikiranku semakin terbuka. Banyak hal akan kupelajari selama
aku berada di jogja ini. sama halnya yang kurasakan waktu aku beradadi jawa
timur dulu. Perjalananku empat bulan kedepan bisa ku bilang sebagai pertapaan.
Aku akan lebih banyak merenungkan diriku sendiri selama sebulan ke depan. Setala aku selesai dengan diriku sendiri
aku akan mulai dengan membuka diri terhadan orang lain.
Kembali lagi ke malioboro... aku
berjalan kaki dar ujung ke ujung
malioboro. Dan yang kullihat hanyalah sesak sekian banya orang. Berbagai
macam souvenis khas kota jogja pun bisa di lihat disini. Pengen beli sih, tapi
aku yakin harga yang disini pasti lebih mahal 2 kali lipat di banding dengan
harga souvenis lain di tempat lain di jogja dengan kualitas yang sama. Ada
banyak juga makanan khas jogja yang aku lihat disini (sayangnya Cuma sekedar
lihat). Ada beberapa orang seniman jalanan yang sedang bermain musik. Inilah
kesan pertama yang ku dapatkan di malioboro. Klo boleh jujur tida ada yang
spesial dari Malioboro. Kecuali ada sebuah patung unik yang sangat besar
bebentuk separo tubuh manusia yang dari pingang kebawah. Selebihnya jalanan
maliboro tidak jauh beda dengan jalan di Pasar Raya Padang namun lebih bersih.
Karna aku kurang begitu suka keramaian,
jadi suasana di malioboro kali ini kurang mendukung suasana hati ini. rasanya
tak mungkin jugalah malioboro bisa sepi. Setidaknya aku senang bisa sampai di
tempat ini. dan satu hal yang menarik yang aku salut sebagai keturunan Minang.
Kemanapunaku pergi selama ini asalkan itu pusat keramaian pasti ada orang
padang di sana. Hari ini aku melihat orang padang yang berjualan aksesoris yang
sedang menelpon. Aku bangga dengan darah Minangku.
Hikmah perjalan kali ini. sesuatu
yag kita anggap luar biasa sebelumnya mungkin akan menjadi hal yang biasa
setelah kita melihatnya langsung. Itulah yang akan membuat kita mempunyai
keinginan untuk selalu mencari hal hal yang baru. Seperti di malioboro kali
ini, sebelumnya aku sangat ingin sekali pegi ke malioboro sudah terbayang dalam
pikiran ku seperti apa malioboro itu nanti. Seperti yang kulihat di foto
website pariwisata malioboro yang sangat indah. Dan ternyata foto selalu
menipu. Semakin kita sering menjajaki suatu tempat disana pulalah akan tumbuh
dalam pikiran kita untuk bisa pergi ketempat lain. Mencari ilmu baru, saudara
baru, pengalaman baru dan semua hal yang belum pernah terlintas dalam pikiran
kita sebelumnya.
Orang
berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku
melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
Singa
jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika
matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Imam
Syafi’i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar