Senin, 30 April 2012

Perjalanan


07 maret 2011

Setelah satu minggu di jogja akhirnya bisa juga ke malioboro. Walalupun sebenarnya masih banyak waktu utk ku jalan-jalan di jogja. 3 atau 4 bulan terkadang memang bukan waktu yang lama dan aku hanya berharap kejadian ku waktu di malang dulu tidak terjadi lagi, karana hampir 4 bulan aku berada di malang tanpa sekali pun menginjakkan kakiku di Jatim Park maupun Kota batu.
Aku tergolong orang yang sangat suka jalan-jalan, selagi masih di padang setiap akhir pekan aku selalu pergi ke suatu tempat yang baru. kemana saja yang terlintas dalam pikiranku, kebanyakn aku jalan-jalan sendirian. Salah satu tempat favoritku untuk jalan jalan di sumbar adalah cupak, Solok. Lokasi nya berda di pinggang gunung talang dari sana kita bisa melihat danau singkarak dari kejauhan dan gunung talang yang berdiri dengan sombongnya. Juga ada tempat pemmadian air panas yang bisa kunikmati setiap sorenya.
Walaupun sekarang aku takkan lagi menemukan suasana itu, di saat sekarang lah aku mulai menjelajahi kota jogja seperti yang pernah ku lakukan di Padang. Aku suka wisata alam dan tidak terlalu suka dengan  tempat wisata yang ramai di datangi orang orang seperti di pusat perbelanjaan , bagiku pusat perbelanjaan itu sama saja dengan pasar kaki lima yang membedakanya hanyalah tempatnya saja.

Dan sore ini aku pergi ke malioboro yang menjadi pusat tujuan wisatawan utama di jogja. Apalagi sekarang sedang libur panjang, sudah bisa ku bayangkan betapa ramainya jalan jogja pada hari ini. ternyata benar, macet dimana mana dan tidak ada bedanya sperti di jakarta semua kendaraan yang lewat hari ini memiliki nomor polisi mulai dari A-Z (aku belum liat mobil dengan plat BA), yang pastinya bukan dari kota  jogja yang semuanya datang dari luar kota untuk menikmati liburan 3 hari ini ke jogja. Dan salah satu tujuan mereka adalah malioboro.

Di sepanjang perjalanan aku bisa melihat dengan jelas perbedaan antara kota padang dan kota jogja. Jogja memiliki tata kota yang rapi. Pencampuran antara budaya kuno dan budaya modern sangat terasa disini. Beberapa dari lokasi peninggalan kerajaan  masih sangat terasa di sini. Bekas benteng kraton yang masih bisa berdiri dengan kokohnya menajadi bukti akan kekuatan masa lalu indonesia yang sangat besar. 

Kebersihan kota yang sangat terjaga, nyaris aku melihat tak ada sampah di jalan kota jogja. Tapi tak satupun aku lihat ada petugas kebersihan pada hari itu. Ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sangat tinggi. Pernah suatu saat aku di ajak mas hiza ke pasar utk membeli persedian dapur. Pasarnya tidak seperti yang pernah kulihat di padang. Disini sangat rapi dan bersih walaupun banyak orang berjualan sayuran dan ikan. nyaris aku tidak mencium bau yang aneh dan air yang berserakan dimana mana yang membuat jalan menjadi becek dan membuat kita malas utk pergi ke pasar. Sedangkan di Padang atau pun di Pariaman, Mau hujan atau tidak pasarnya tetap saja becek, entah dari mana pula air itu berasal.

Sebelum sampai di malioboro, aku sempat melewati beberapa tempat. Seperti UGM yang kalau menurutku susana nya sama dengan di Unand. Wilayah kampus yang menyenangkan dikelilingi dengan pepohonan yang membuat tenang hati para mahasiswa. Jalanan utama kampus yang di lapisi dengan pavin blok sehingga membuat ban motor  jadi berbunyi-bunyi seperti ketika ban motor kita kempes sehingga mengingatkan akan perjalan ku ke Unand untuk menuju Andalalas Animation yang kulakukan hampir tiap hari. Dan inilah hari pertama aku ingat akan Andalas Animation sejak aku berada di jogja. Kampus UGM ini mengingatkan ku akan Unand. Dulu aku sempat bingung aku ini mahasiwa Unand atau masiswa UPI?? :D

 Kampus yang cukup besar walupun tidak sebesar Unand dan tidak seperti kampus ku yang sumpek tentunya.

Selanjutnya melewati tugu jogja yang karna sore ini kendaraan sangat ramai jadi aku tak sempat foto foto2 di sana. Dan akhirnya aku sampai juga di malioboro. Awalnya aku tidak sadar kalau sudah sampai di maliboro. Di pikiran awalku apa bedanya malioboro dengan jalan-jalan lainya di jogja. Setelah parkir motor aku melihat ke ujung jalan. Yang aku lihat hanyalah se abrek motor dan sekerumunan orang orang yang berjalan kaki. deretan toko-toko dengan berbagai macam  merk . motor-motor disini diparkir di tempat pejalan kaki saja. Tidak ada area parkir khusus sepertinya sehingga ruang untuk pejalan kaki semakin sempit. Sedangkan untuk jalur kendaraan roda empatnya seprtinya ada dua jalur dijadikan satu jalur dengan jalur searah. Jalur yang satu lagi dijadikan untk pejalan kaki,are parkir motor dan becak.


 

 Satu hal yang terlintas dalam pikiran ku adalah tempat ini sangat menyesakkan nafas. Panjang jalan malioboro mungkin tidak sampai 1 KM. Tapi jalan ini sudah menjadi fenomea di kalangan para wisatawan. Aku jugga tidak tau banyak tentang sejarah jalan Malioboro sehingga menjadi suatu tempat yang spesial di jogja ini. menurut pendapatku Maliboro itu biasa saja. Tidak ada bedanya dengan jalan di depan kampusku yang juga setiap hari dikerumuni banyak orang, berbagai macam toko, dan area parkir tepi jalan yang cukup luas tentunya. Ataupun jalanan sekitar simpang tabuik di pariaman yang bagiku memiliki nilai eksotis tersendiri. Malah menurutku jauh lebih menarik jalanan di sekitar pasar atas dan pasar bawah di bukit tinggi. 

Sejarah pulalah yang membuat Malioboro menjadi spesial. Malioboro mulai di kenal dengan pusat perdagangan Tionghoa dulunya, kesuksesan Malioboro sebagai pusat souvenier mungkin tidak terlepas juga dari kecakpan berdagang para keturunan China ini. dengan berbagai macam intrik yang ada di dalamnya. Malioboro pernah juga menjadi saksi bisu penangkapan soekarno pada saat Agresei Belanda 2. dan saksi bisu pertempuran 6 jam. Malioboro juga menjadi pangguang bagi para seniman jalanan. budaya lesehan yang menjadi tradisi masyarakat jogja. menjadi keunikan tersendiri yang terlihat di sepanjang jalan satu garis ini. Apapun itu sejarahnya yang pasti tidak lepas dengan peran serta promosi pariwisata. Beberapa saat kulihat sebelu berangkat ke jogja, ada banyak sekali website, portal, maupun blog yang memuat tentng pariwisata di jogja dan segala macam pendukungnya. Tidak sperti yang kulihat untuk pariwisata sumbar. Spertinya Cuma ada beberpa portal yang menyedakan beberapa informasi mengenai pariwisata sumbar. Itupun tidak lengkap.

 
Aku yakin tidak ada satupun di pulau jawa yang memilki pantai yang lebih indah dari pada pantai di Sumbar. tidak ada satupun wilayah di jawa yang memilki udaara se sejuk di bukittinggi. tidak satupun di pulau jawa atau malah di Indonesia sekalipun yang memiliki makanan se enakan masakan Padang. Pernah salah satu orang temanku disini mengatakan bahwa “sepertinya enak ya klo tinggal di padang, tiap hari makan masakan Padang”.  dan tidak satupun daerah di jawa bisa melihat danau singkarak dari pinggang gunung Talang (tentu saja kan, danau singkarak dan gunung Talang Cuma ada di Sumbar)

Aku memang belum terlalu banya mengunjungi beberapa wilayah di pulau jawa. Aku juga belum pernah menetap lebih dari satu bulan di daerah yang bebahasa Sunda. Tapi setidaknya dengan pengalaman yang secuil ini bisa membuka mataku akan budaya indonesia yang sangat kaya dan juga segala macam ironinya. merasakan berbagai perbedaan budaya selama ini membuat pikiranku semakin terbuka. Banyak hal akan kupelajari selama aku berada di jogja ini. sama halnya yang kurasakan waktu aku beradadi jawa timur dulu. Perjalananku empat bulan kedepan bisa ku bilang sebagai pertapaan. Aku akan lebih banyak merenungkan diriku sendiri selama sebulan ke depan.  Setala aku selesai dengan diriku sendiri aku akan mulai dengan membuka diri terhadan orang lain. 

Kembali lagi ke malioboro... aku berjalan kaki dar ujung ke ujung  malioboro. Dan yang kullihat hanyalah sesak sekian banya orang. Berbagai macam souvenis khas kota jogja pun bisa di lihat disini. Pengen beli sih, tapi aku yakin harga yang disini pasti lebih mahal 2 kali lipat di banding dengan harga souvenis lain di tempat lain di jogja dengan kualitas yang sama. Ada banyak juga makanan khas jogja yang aku lihat disini (sayangnya Cuma sekedar lihat). Ada beberapa orang seniman jalanan yang sedang bermain musik. Inilah kesan pertama yang ku dapatkan di malioboro. Klo boleh jujur tida ada yang spesial dari Malioboro. Kecuali ada sebuah patung unik yang sangat besar bebentuk separo tubuh manusia yang dari pingang kebawah. Selebihnya jalanan maliboro tidak jauh beda dengan jalan di Pasar Raya Padang namun lebih bersih. 

 
Karna aku kurang begitu suka keramaian, jadi suasana di malioboro kali ini kurang mendukung suasana hati ini. rasanya tak mungkin jugalah malioboro bisa sepi. Setidaknya aku senang bisa sampai di tempat ini. dan satu hal yang menarik yang aku salut sebagai keturunan Minang. Kemanapunaku pergi selama ini asalkan itu pusat keramaian pasti ada orang padang di sana. Hari ini aku melihat orang padang yang berjualan aksesoris yang sedang menelpon. Aku bangga dengan darah Minangku.

Hikmah perjalan kali ini. sesuatu yag kita anggap luar biasa sebelumnya mungkin akan menjadi hal yang biasa setelah kita melihatnya langsung. Itulah yang akan membuat kita mempunyai keinginan untuk selalu mencari hal hal yang baru. Seperti di malioboro kali ini, sebelumnya aku sangat ingin sekali pegi ke malioboro sudah terbayang dalam pikiran ku seperti apa malioboro itu nanti. Seperti yang kulihat di foto website pariwisata malioboro yang sangat indah. Dan ternyata foto selalu menipu. Semakin kita sering menjajaki suatu tempat disana pulalah akan tumbuh dalam pikiran kita untuk bisa pergi ketempat lain. Mencari ilmu baru, saudara baru, pengalaman baru dan semua hal yang belum pernah terlintas dalam pikiran kita sebelumnya.

 Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa

Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Imam Syafi’i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar